coretan kecil Emma

Yaa sekedar coretan. Coretan sekedarnya saja.


3 Comments

Sajak Ombak

Aku bukan perempuan yang tak pernah lelah menanti hadirmu,
seperti ombak yang tak pernah lelah bergulung gemuruh
Aku tak sesabar ombak,
yang rela bertemu pasir putih hanya ketika ia menyentuh bibir pantai
Aku tak sekuat ombak,
yang menerjang dan menghancurkan karang menjadi serpihan pasir
Aku hanya ingin menari bersamamu,
diatas gulungan ombak
Menerjang mengalahkan semua
yang menghentikan kita berlari menuju mimpi..
Tapi aku bisa hilang seperti buih-buih ombak itu…
diujung gemuruh…
di bibir pantai…
dihempas karang…


2 Comments

Rindu Bumi pada Hujan

Tidakkah kau rindu pada rintiknya

satu-satu meluncur dari angkasa

Tidakkah kau hampa tanpa wanginya

semerbak mengisi kekosongan jiwa

        Bumi merindu hujan

        membelai dengan rinai-rinainya

        Hujan tak sanggup berjanji

        kapan ia datang kembali

Bumi bercerita pada pohon

pohon pun menemani bumi menanti

Bumi bercerita pada angin

angin menghembuskan pesan rindu bumi

Bumi bercerita pada manusia

manusia tertawa…penantian itu sia-sia katanya

        Berkata bumi dalam tangisnya

        Apa kalian tahu seberapa besar rindu ini?

        Apa kalian punya ruang rindu sebesar rindu kami?

        Jangan samakan rindu ini dengan rindu kalian

        rindu kami suci

        seluruh alam mengerti

Tertawa sajalah selagi hujan tak kunjung datang

kalian pun akan menangis jika ia benar-benar tak datang

Jangan kau kira hujan hanya diam

ia sedang berlari kemari, menempuh jalan panjang

berlari…berlari…tanpa henti

        Hingga tiba pada satu detik

        Jemari kami kembali bersentuhan

        Dan kami menari di ruang rindu

        Meleburkan segala peluh penantian

        Menebarkan kembali aroma-aroma pengisi jiwa…

Malang, 20 November 2012 – 00.51


Leave a comment

Rindu

apa yang kupunya?
apa yang kau punya?
apa yang kita punya?
satu saja

aku tau
sudah tak perlu kau katakan
karna semua akan hancur berantakan
seperti pasir dalam genggaman
semakin kau genggam semakin runtuh berantakan
dan aku harus memungutinya sendiri

jangan
sudah jangan kau katakan


1 Comment

Titik

………………………………………………………………………………………………………………………….aku memulainya bukan dari sebuah titik………………………………………melewati hidupku tidak hanya dengan titik…………………………………………belok sana……………………………………….belok sini…………………………………………….tak kupikirkan akan ada sebuah titik diujung sana…………………………………………………tapi seolah titik-titik itu mengejarku…………………………………………..ingin mengakhiriku……………………………………………………Atau kugamit saja lengan titik itu dan kuajak berkompromi………………………………………………..agar aku tak berakhir dengan titik…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………


3 Comments

Pedasnya Oseng-Oseng Mercon

Pernah makan oseng-oseng gak? Oseng2 kangkung? Oseng2 kacang? Oseng2 ati ampela? Ahh itu mah biasa…Cobain Oseng-Oseng Mercon donk! Belom pernah makan?Haduh…kemana aja sih? Oseng-Oseng Mercon itu masakan yang terbuat dari daging sapi yang dibumbu super puedezzz! Makanya disebut “mercon”, soalnya masakan ini bisa bikin perut kamu mledak-mleduk kayak mercon (petasan). Katanya sih…perbandingan antara daging sapi dan cabe yang dimasak adalah 1: 5. Jadi kalo daging sapi yang dimasak itu 1 kilo, maka cabe yang ditambahkan adalah 5 kilo sodara-sodara! Waww! Gimana gak mleduk?

Kalo di Jogja, kamu bisa menikmati hidangan ini di Jalan Ahmad Dahlan. Setahuku ada dua warung Oseng-Oseng Mercon di jalan itu. Yang satu di dekat RS PKU Muhammadiyah, satu lagi agak ke barat dekat perempatan MAN 2 Jogja. Dengan modal kurang dari 20 ribu, kamu udah bisa menikmati Oseng-Oseng Mercon yang bikin keringat dan air mata mengucur deras plus segelas minum sebagai pemadam kebakaran. Penasaran?? Selamat mencoba.


Leave a comment

Depot Soto Gebraak, Setiabudi.

Sejak tinggal di Jakarta sebagai anak kos, saya selalu bingung ketika waktu makan tiba. Bingung kenapa? Satu, bingung dengan menunya. Dua, bingung dengan lokasi tempat makannya (karena saya tidak tahu banyak tempat makan yang enak). Tiga, bingung dengan budgetnya (maklum, anak rantau, anak kos, jadi musti irit, haha!). Jadi pas bingung2 gini, yang saya lakukan adalah menyisir tempat makan di dekat tempat tinggal (kos) saya. Dan sisir saya nyangkut di rumah makan ini, Depot Soto Gebraak! Brakk brakk braaaak!!! * gebrak2mejabeneran* 😀

Lokasinya di jalan Setiabudi 2, Jakarta Selatan, persis di depan SMA 3 Jakarta. Ngesot lima menit dari kosan saya juga nyampe kok! 😀 Buat yang punya penyakit jantung, saya sarankan tidak makan di sini, karna anda dijamin kena serangan jantung oleh gebrakan botol kecap asin penjualnya kalau jantung anda tidak dalam kondisi prima. Slogan tempelnya aja unik, “Senyum boleh, marah jangan”. Yang punya ngerti banget kalo pelanggan yang kaget digebrak pasti mo marah, jadi bikin slogan tempelnya begitu. 😀

Suasana depot ini seperti rumah yang diubah menjadi depot makan. Yaa…dari luar sih terlihat biasa aja, setelah masuk ke dalam, nuansanya…hmm…biasa aja juga, hahaha! 😀 Tapi cukup hommy dan santai.

Harga soto daging per porsi masih terjangkau kantong saya sebagai anak kos Jakarta. Ada juga menu tambahan jerohan goreng, perkedel, telur puyuh, sate telur muda, gorengan, dan kerupuk. Kuah sotonya bening tapi sedap. Tidak bersantan seperti soto betawi, jadi saya suka. Buat orang Jawa Timur yang suka soto bening tanpa santan, mungkin anda akan suka Soto Gebraak ini. Selamat mencoba! Sluurrrrps… :9


5 Comments

Piknik ke Kota Tua Jakarta

Kebingungan menghabiskan waktu luang di akhir pekan? Mari kita jalan-jalan! Bagi mereka yang menggemari wisata budaya yang murah meriah mungkin Kota Tua Jakarta bisa menjadi salah satu alternatif. Selain bisa melepas penat dari rutinitas sehari-hari, itung-itung kita juga bisa menambah wawasan tentang sejarah kota Jakarta (Batavia) di masa lalu. Lokasinya mudah dijangkau. Dengan bus TransJakarta anda bisa langsung menuju halte terakhir Stasiun Kota. Dari situ tinggal jalan kaki saja. Di Kota Tua kita bisa mengunjungi beberapa museum, seperti Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang, dan tentunya Museum Fatahillah. Kita juga bisa sekedar bercengkrama dengan kawan atau keluarga di lapangan depan Museum Fatahillah sambil mencicipi jajanan tradisional Betawi, atau kalau mau tempat yang nyaman, ada Batavia Cafe tak jauh dari lokasi.


Saya baru mengunjungi beberapa museum di lokasi Kota Tua selama setahun ini di Jakarta, yaitu Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) dan Museum Wayang. Jadi…sementara kita kemon kesitu dulu yaa…yang lain menyusul. 😀






MUSEUM BANK MANDIRI
Berdiri tanggal 2 Oktober 1998. Awalnya adalah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan. (NHM) dinasionalisasi pada tahun 1960 menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor, yang nantinya menjadi Bank Ekspor Impor (Bank Exim) tahun 1968.


Koleksi Museum Bank Mandiri tentu saja berhubungan dengan perlengkapan operasional bank jaman dulu, misalnya surat berharga, mata uang kuno (numismatik), brandkast, dan lain-lain. Yang menarik perhatian saya di museum ini adalah interior kaca patri atau stained glass yang ada di depan tangga utama menuju lantai dua. Ada lambang NHM di kaca patrinya, warna-warnanya bagus. Ini menjadi ciri khas Museum Bank Mandiri.

MUSEUM WAYANG
Arsitekturnya sedikit berbeda dari museum2 lain di sekitar Kota Tua. Bagian atapnya sedikit meruncing tinggi, berbeda dengan museum lain yang umumnya datar. Ternyata bangunannya dulu digunakan sebagai gereja, sempat hancur karena gempa bumi dan baru resmi dijadikan museum pada 13 Agustus 1975.


Koleksi Museum Wayang tentunya yaa wayang, baik itu wayang kulit, wayang kayu, atau wayang bahan lain. Wayang-wayang di museum ini tidak hanya berasal dari seluruh nusantara tapi juga dari luar negeri lho, seperti dari Eropa, Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia. Di Museum Wayang kita juga bisa menonton video 3D tentang tokoh-tokoh pewayangan Jawa, gratis! Tapi sayangnya fasilitas kacamata 3D nya belum ada sampai kunjungan terakhir saya April kemarin. 😀

MUSEUM BANK INDONESIA
Diantara semua museum yang saya kunjungi, Museum Bank Indonesia (MBI) adalah yang paling keren! Luas, bersih, estetis, dan lebih terkesan modern. MBI menempati area bekas peninggalan De Javasche Bank yang dibangun tahun 1828, tentu saja sekarang sudah banyak direnovasi. Apa yang bisa kita pelajari dari MBI? Adalah sejarah bangsa Indonesia hingga terbentuknya Bank Indonesia tahun 1953, terutama terkait bidang ekonomi dan perbankan. Serunya lagi adalah setiap pengunjung akan diajak sedikit bermain teka-teki tentang sejarah Indonesia dengan menjawab kuis yang jawabannya bisa ditemukan di seluruh penjuru museum. Jika tidak semua pertanyaan terjawab dengan benar (yang akan di cek ulang oleh petugas di akhir kunjungan), maka pengunjung harus berkeliling ulang untuk menemukan jawaban yang benar. Saya sampai bertanya pada adik-adik SMP yang kebetulan heboh juga mencari jawaban kuis itu. Jalan-jalan, sambil mengingat sejarah bangsa, sambil kenalan sama brondong-brondong. Seru kan?! 😀




Fasilitas yang dimiliki MBI juga lengkap dan terkelola dengan sangat baik. Dilengkapi dengan fasilitas multimedia berteknologi modern, display elektronik, panel-panel statis, patung-patung diorama yang mirip sekali dengan figur aslinya, dan audio video yang mendukung, pengunjung tidak akan merasa cepat bosan di museum ini. Satu lagi, MBI punya koleksi mata uang numismatik yang banyak dar dalam dan luar negeri. Semua tersimpan dengan sangat baik didalam lemari geser setinggi tinggi badan saya (yang cuma 1.5 meter, hehe). Setiap display numismatik dilengkapi dengan kaca pembesar yang memungkinkan kita mengamati detil yang ada di setiap mata uang.









Saya beruntung bisa menjawab kuis dengan benar satu kali jalan. Tapi kalaupun jawaban saya ada yang salah, saya ngga akan keberatan berkeliling lagi mencari jawaban. Menyenangkan! 😀